BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Saturday, December 29, 2007

Use Drugs You Suck

Alkohol adalah zat adiktif bukan narkotika atau psikotropika yang paling sering disalahgunakan dan menjadi penyebab penyakit maupun kematian. Alkohol dibuat dengan cara fermentasi madu, gula, gandum, anggur, atau umbi-umbian. Melalui fermentasi atau peragian jumlah alkohol yang diperoleh tidak lebih dari 15%. Namun melalui proses destilasi atau penyulingan maka kadar alkohol yang diperoleh lebih tinggi bahkan mencapai 100%.

Alkoholik menimbulkan masalah serius di bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan. Di Amerika Serikat tiap tahun didapati lebih dari 100.000 orang meninggal akibat alkohol dengan kerugian mencapai lebih 100 miliar dolar. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse) lebih dari 13 juta populasi di Amerika Serikat menjadi pencandu alkohol. Masalah sosial yang timbul akibat alkoholik di antaranya perceraian, putus sekolah, kehilangan pekerjaan, kecelakaan lalu lintas, maupun bunuh diri.

Minuman beralkohol mengandung etanol atau etil alkohol, yakni suatu cairan tidak berwarna dan memiliki cita rasa seperti membakar. Berdasarkan kadar etanol, minuman berakohol dikelompokkan menjadi tiga golongan. Berkadar rendah (< 5%) misalnya bir, berkadar sedang (< 20%) misalnya wine, berkadar tinggi (> 40%) contohnya whiskey, bourbon, vodka, cognac.

Cara kerja alkohol adalah menekan pusat pengendalian otak sehingga akan memberi rasa tenang (sedatif) dan mengantuk. Memang mulanya reaksi yang muncul pada hambatan pengendalian otak bersifat merangsang menyebabkan individu menjadi aktif, banyak bicara, dan ceria. Bila terus diminum akan merasa tenang, santai atau rileks, seolah-olah terlepas dari beban. Jika jumlah alkohol semakin bertambah banyak maka pembicaraan menjadi tak terkendali, gangguan koordinasi gerak, dan mabuk. Pada jumlah sangat banyak, alkohol menjadi racun yang menyebabkan koma, depresi pernapasan dan denyut nadi, serta kematian.

Pada alkoholik, tubuh mereka sudah mengalami proses adaptasi dan toleransi sehingga gejala yang timbul justru berupa depresi, gelisah, dan insomnia. Alkohol di samping merusak mental atau fungsi otak juga terkenal menyebabkan penimbunan jaringan parut di hati (sirhosis alkoholik), kelainan kelenjar ludah perut (pankreas), hipertensi, penyakit jantung koroner, dan lain sebagainya.

Alkohol setelah diserap usus pertama kali mengalami proses pemusnahan oleh sel-sel hati, sedangkan sisanya masuk ke darah dan mencapai otak sebagai target utama. Seperti zat adiktif lainnya, alkohol mengaktifkan sistem “reward and craving” pada sistem limbik otak. Perjalanan penyakit ditandai dengan pola remisi dan relaps. Pengaruh hambatan awal alkohol memengaruhi mental seseorang dengan berbagai variasi gejala. Rasa malu hilang sehingga perasaan jadi ringan, nyaman, dan bebas, karena itu seolah-olah bersifat sebagai perangsang. Selanjutnya, timbul gangguan berpikir. Pada kadar tinggi 0.2%-0.3%, alkohol menyebabkan tidur. Pada konsentrasi yang lebih tinggi lagi 0.3%-0.4%, menyebabkan koma, depresi pernafasan dan denyut nadi, bahkan kematian. Lama intoksikasi bergantung pada jumlah, lama, dan jenis alkohol yang biasa diminum. Kemampuan tubuh mengurangi kadar alkohol darah diperkirakan sekira 0.015%-0.02% tiap jam atau � setara 1 gelas per jam.

Meskipun alkohol pada umumnya tidak menyebabkan penurunan nilai kecerdasan (IQ), namun 45-70 % dapat menimbulkan gangguan inteligensia terutama dalam problem solving, ide abstrak dan konseptual, keterampilan, dan ingatan. Dapat juga dijumpai perubahan struktur otak, penurunan aliran darah otak, dan perubahan aktivitas listrik otak. Semua ini belum terbukti dengan nyata mempunyai hubungan dengan defisit kecerdasan pada alkoholik.

Penentuan kadar GGT (gamma glutamil transferase) merupakan indikator sensitif untuk mengetahui apakah seseorang alkoholik. Hampir 70% kadar GGT pada alkoholik meningkat lebih dari 30 unit. Kerusakan sel hati menimbulkan pengerutan oleh jaringan parut (sirhosis) atau perlemakan karena alkohol meningkatkan jumlah lipid darah melalui hambatan glukoneogenesis.

Pemeriksaan kadar alkohol darah juga dapat menentukan apakah individu sudah mengalami toleransi atau belum. Kadar etanol yang mencapai 0.1% tanpa ada gejala intoksikasi (mabuk) merupakan petunjuk bahwa yang bersangkutan sudah toleran dengan alkohol.

Penghentian asupan alkohol dalam tubuh yang sudah biasa diminum dalam waktu lama dalam jumlah banyak, mengakibatkan timbulnya gejala putus alkohol. Gejala putus alkohol tahap awal (timbul setelah 5-48 jam) antara lain, cemas; hiperaktif syaraf otonom: berdebar-debar, tekanan darah dan nafas meningkat, berkeringat dan gemetaran, insomnia, mimpi buruk; gangguan pencernaan: seperti mual, gangguan makan (dispepsia), muntah, hiperrefleks, ilusi, dan halunisasi visual.

Gejala putus alkohol tahap lanjut (48 – 96 jam lebih) antara lain: demam, agitasi (hasutan) psikomotor, delusi (khalayan), halusinasi yang menetap, disorientasi, delirium (mengacau/perubahan dalam kesadaran dan ketajaman). Karena lama kerja alkohol singkat, gejala putus yang ditimbulkan memuncak pada akhir hari pertama atau hari kedua. Pada hari pertama sampai kedua dapat timbul kejang, hipoglikemi, aritmia (gangguan irama jantung) disebabkan hipomagnesemia (kekurangan magnesium).

Sindroma putus alkohol menyebabkan distres atau gangguan bermakna pada fungsi sosial dan pekerjaan maupun fungsi penting lainnya. Bila halusinasi dan ilusi disertai gangguan persepsi/pemahaman maka perlu dilakukan intact reality testing agar dapat diketahui kemungkinan ada tidaknya psikosis akibat penggunaan alkohol (tes realitas tidak utuh).

Gejala putus, umumnya, berkurang bila mendapat infus alkohol 5% atau diberi obat depresan lain seperti diazepam. Gejala gelisah, insomnia, gangguan otonom ringan dapat menetap 3-6 bulan. Kurang dari 5% akan mengalami hiperaktivitas otonom berat, tremor, dan delirium. ***

-tha-

0 comments: